Dzikir Jalalah adalah ijazah dari Al Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf, seorang wali quthub terpandang asal Gresik
KASATMATA.TV – Dzikir Jalalah adalah salah satu bentuk dzikir yang sering diamalkan oleh para wali dan ulama sebagai bagian dari ibadah sehari-hari.
Dzikir ini merujuk pada rangkaian bacaan yang diucapkan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan, memiliki makna serta keutamaan yang sangat dalam.
Dzikir Jalalah adalah ijazah dari Al Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf, seorang wali quthub terpandang asal Gresik, yang telah memberikan amalan ini kepada para murid dan pengikutnya.
1 Arti dan Makna Dzikir Jalalah
Dzikir Jalalah berasal dari kata “Jalalah” yang artinya “diagungkan atau ditinggikan”. Dalam dzikir ini, kata “Allah” atau “ismu al-jalalah” digunakan untuk mengingat dan mengagungkan keberadaan, kekuasaan, dan kebesaran Allah Swt.
Dzikir Jalalah merupakan zikir yang mengucapkan kalimat “La ilaha illallah” (Tiada Tuhan selain Allah) atau “La ilaha illa Anta Subhanaka inni kuntu minaz zalimin” (Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim).
Ucapan ini mengandung makna bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah Swt, dan bahwa Allah Maha Suci dari segala kesalahan dan kekurangan.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)
2 Bacaan Lengkap Dzikir Jalalah
Berikut ini bacaan lengkap Dzikir Jalalah:
3 Dzikir Jalalah Teks Arab, Latin dan Artinya
Bacaan Dzikir Jalalah teks arab, latin dan artinya atau terjemah bahasa Indonesia
Bacaan Dzikir Jalalah Teks Arab
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْمَوْجُـوْدُ فِيْ كُلِّ زَمَـانْ
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْمَعْبُـوْدُ فِيْ كُلِّ مَـكَانْ
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْمَذْكُوْرُ بِكُلِّ لِسَانْ
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْمَعْـرُوْفُ بِالْإِحْسَانْ
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ كُلَّ يَـوْمٍ هُوَ فِيْ شَـأْنْ
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْاَمَانْ اَلْاَمَانْ. مِنْ زَوَالِ الْإِيْمَانْ وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ. يَا قَدِيْمَ الْإِحْسَانْ. كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ. إِحْسَانُكَ الْقَدِيْمِ. يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ. يَا رَحِيْمُ يَا رَحْمٰـنُ. يَا غَفُوْرُ يَا غَفَّارُ. إِغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِـيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِـيْنَ
Dzikir Jalalah Teks Latin
La ilaha illallah, al maujud fi kulli zaman.
La ilaha illallah, al ma’bud fi kulli makan.
La ilaha illallah, al madzkur bikulli lisan.
La ilaha illallah, al ma’ruf bil ihsan.
La ilaha illallah, kulla yaumin huwa fi sya’en.
La ilaha illallah, al aman al aman min zawalil iman, wa min fitnatis syaithan.
Ya Qodimal ihsan, kam laka ‘alaina min ihsan. Ihsanukal qadim. Ya Hannan Ya Mannan, Ya Rahim Ya Rahman, Ya Ghafur Ya Ghaffar, ighfirlana warhamna wa anta khairur rahimin. Washallallahu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wasallam. Walhamdulillah robbi ‘alamin.
Terjemah Dzikir Jalalah
Tiada Tuhan selain Allah, yang selalu ada di setiap zaman.
Tiada Tuhan selian Allah, yang selalu disembah di setiap tempat
Tiada Tuhan selain Allah, yang selalu disebut setiap lisan.
Tiada Tuhan selain Allah, yang selalu dikenal di setiap kebaikan.
Tiada Tuhan selain Allah, setiap hari Dia (mengatur) semua keadaan.
Tiada Tuhan selain Allah, jagalah kami dan lindungilah kami dari hilangnya iman dan dari fitnah godaan syaitan
Wahai Tuhan yang terdahulu segala kebaikannya, betapa banyak kebaikan-Mu yang telah Engkau berikan kepada kami, Kebaikan-Mulah yang terdahulu. Wahai Tuhan yang Maha kasih dan Maha Pemberi Anugerah, Wahai Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Wahai Tuhan yang Maha menerima (taubat) dan Maha Pengampun. Ampunilah kami dan Rahmatilah kami, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi Rahmat. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, dan para keluarganya dan sahabatnya. Dan segala puji bagi Tuhan semesta alam.
4 Sejarah Dzikir Jalalah
Pada tahun 1937 Masehi Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf datang ke Kwitang untuk menghadiri Maulid Akhir Khomis Awal Ashar yang diselenggarakan di Masjid Kwitang oleh Al-Habib Ali bin Abdurrohman Al-Habsyi.
Dikala acara akan disudahi Habib Ali meminta Habib Abu Bakar untuk memimpin Talqinudzikir , saat itu Habib Ali berkata kepada yang hadir:
“Kita akan dengar dan ikuti Talqinudzikir yang mana di mohon kepada seorang yang sama-sama kita cintai Al-Habib Abu Bakar dari kota Gresik (Habib Ali menahan pembicaraannya, lalu terdengar suara tangis beliau sambil meneruskan bicaranya beliau berkata). Hadirin lihatlah , beliau punya wajah-wajah yang nampak akan Nur Cahaya Rosulullah Saw beruntung bagi kita atas kehadirannya.”
Lalu Habib Abu Bakar berdiri dan Habib Ali berdiri di sampingnya , kemudian Habib Abu Bakar memulai Talqinudzikir dengan perkataan:
“Orang Islam hidup dengan kalimat Laa ilaaha illallah, mati dengan kalimat Laa ilaaha illallah, selamat di alam barzakh berkat Laa ilaaha illallah, masuk surga karena Laa ilaaha illallah.”
Habib Ali Kwitang menangis begitu juga jamaah yang hadir beribu-ribu jumlahnya, akhirnya Habib Abu Bakar mengangkat tangannya dan mengeluarkan jari telunjuk beliau menghadap langit , seraya berkata:
قَلَ نَّبِيُّ ﷺ اَفْضَلُ مَا قُلْتُ اَنَا وَ النَّبِيُّنَ مِنْ قَبْلِيْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ
Artinya: “Telah bersabda nabi (Muhammad) semoga Allah memberikan sholawat dan salam kepadanya, bahwasanya: “Seutama-utamanya ucapan yang pernah kusebutkan (kuajarkan), begitu juga para nabi sebelumku adalah Tiada tuhan selain Allah.” (Kitab An Nasho’aih Ad Diniyah)
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهْ ﷺ كَلِمَةُ الْحَقُّ عَلَيْهَا نَحْيًا وَ عَلَيْهَا نَمُوْتُ وَ عَلَيْهَا نُبْعَثُ اِنْشَآءَ اللَّهَ تَعَالَى مِنَ الْآمٍنِيْنَ آمِيْنٌ
Artinya : “Muhammad utusan Allah (Semoga Allah memberikan sholawat dan salam kepada-Nya) adalah perkataan yang benar. Atas-Nya aku dihidupkan, atas-Nya aku dimatikan, atas-Nya aku dibangkitkan, jika Allah yang Maha Luhur menghendaki termasuk orang yang aman. Kabulkan …”
Lalu Habib Abu Bakar berkata lagi:
“Ikuti apa yang saya ucapkan bersama. Laki maupun perempuan, jangan ada yang terlewat untuk ikut mengucapkannya“
Lalu ia mengucapkan bacaan dzikir jalalah.
5 Keutamaan, Manfaat dan Keistimewaan Dzikir Jalalah
Keistimewaan Dzikir Jalalah terletak pada kemampuannya untuk membawa ketenangan hati dan meningkatkan kedekatan dengan Allah Swt.
Bacaan ini sering menjadi bagian penting dalam berbagai kesempatan spiritual, termasuk sebagai penutup majelis atau pengajian, serta dibaca setelah menunaikan sholat fardhu.
Dengan mengamalkan Dzikir Jalalah, seseorang diharapkan mampu menjaga kesucian hati dan pikiran, serta mendapatkan berkah dari Allah Swt.
Al Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf, dengan ilmu dan kebijaksanaannya, telah mengajarkan Dzikir Jalalah dan menyebarkan manfaatnya kepada umat Islam. Zikir ini menjadi salah satu sarana penting dalam meraih ketenangan batin dan meningkatkan spiritualitas.
Dzikir Jalalah, sebuah amalan yang disampaikan oleh Al Habib Abu Bakar Bin Muhammad Assegaf, memiliki berbagai keutamaan yang dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan seorang Muslim.
Salah satu keutamaannya adalah penguatan iman. Dengan rutin melafalkan dzikir ini, seorang Muslim akan merasakan peningkatan kualitas keimanannya.
Mengulang-ulang nama Allah dengan penuh keikhlasan tidak hanya memperdalam rasa cinta kepada-Nya, tetapi juga memperteguh keyakinan hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Selain penguatan iman, keutamaan dzikir Jalalah juga mencakup penghindaran dari berbagai macam fitnah. Di zaman yang penuh dengan tantangan dan godaan ini, fitnah dapat datang dari berbagai arah dan dalam berbagai bentuk.
Dzikir Jalalah berperan sebagai pelindung, membantu seseorang untuk tetap berada di jalan yang benar dan terhindar dari godaan yang dapat menyesatkan. Dengan berpegang teguh pada dzikir ini, seorang Muslim dapat memelihara kesucian hatinya dan berusaha untuk selalu melakukan perbuatan yang baik.
Pengampunan dosa merupakan keutamaan lain dari dzikir Jalalah. Setiap manusia tentu tidak luput dari kesalahan dan dosa.
Namun, dengan konsisten melakukan dzikir Jalalah, seorang Muslim dapat memperoleh pengampunan dari Allah.
Zikir ini menjadi sarana yang efektif untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kembali kepada Tuhan Yang Maha Pengampun. Proses ini tidak hanya memberikan ketenangan batin, tetapi juga motivasi untuk memperbaiki diri dan berusaha menjadi individu yang lebih baik.
Secara umum, Dzikir Jalalah mengandung bacaan-bacaan pendek yang mudah diingat dan diucapkan, namun memiliki makna yang mendalam. Dengan demikian, Dzikir Jalalah bukan hanya sekedar bacaan, tetapi juga menjadi sebuah ritual spiritual yang membawa dampak positif bagi pelakunya.
6 Waktu Terbaik Mengamalkan Dzikir Jalalah
Dzikir Jalalah adalah salah satu amalan yang memiliki kekuatan spiritual luar biasa, dan sering kali dianjurkan untuk dilakukan secara teratur.
Meskipun dapat diamalkan kapan saja, ada beberapa waktu yang dianggap lebih utama oleh para ulama dan ahli sufi.
Salah satu momen yang sangat dianjurkan adalah setelah membaca Asmaul Husna, nama-nama indah Allah yang mengandung sifat-sifat-Nya. Penyebutan nama-nama ini dianggap dapat mempersiapkan hati dan jiwa, sehingga ketika mengucapkan Dzikir Jalalah, keadaan spiritual menjadi lebih khusyuk dan mendalam.
Lebih lanjut, Sayyid Maliki dalam kitab Khulaashatu Syawaariqil Anwaari min Ad’iyatis Saadatil Akhyaar menekankan pentingnya keluwesan waktu dalam mengamalkan dzikir ini.
Menurut beliau, Dzikir Jalalah sebaiknya tidak dibatasi oleh waktu tertentu. Tidak adanya pembatasan ini memberikan fleksibilitas bagi setiap individu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah kapan saja mereka merasa perlu.
Hal ini juga mendorong kebiasaan berdzikir yang lebih konsisten, karena ketergantungan pada waktu tertentu mungkin akan menyulitkan bagi sebagian orang yang memiliki jadwal yang padat atau berbagai kewajiban lainnya.
Namun, penting pula untuk memperhatikan keadaan hati saat berdzikir. Melafalkan Dzikir Jalalah dengan kesadaran penuh dan niat yang tulus, tanpa terburu-buru atau pikiran yang berkeliaran, menjadi faktor kunci dalam mencapai manfaat yang maksimal.
Dengan demikian, meskipun waktu tertentu menawarkan keutamaan khusus, yang paling penting adalah kualitas dari dzikir itu sendiri. Integrasi dzikir dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten sambil memelihara keikhlasan hati menjadi esensi yang diajarkan oleh para ulama dalam mengamalkan Dzikir Jalalah.
Sebelum memulai dzikir Jalalah, pertama-tama persiapkan diri secara lahir dan batin. Disarankan untuk berwudhu terlebih dahulu, karena wudhu tidak hanya membersihkan fisik tetapi juga menyucikan jiwa.
Setelah berwudhu, cari tempat yang tenang dan bersih. Lingkungan yang kondusif akan membantu fokus dan menenangkan hati saat berdzikir.
Kemudian, mulailah dengan niat yang ikhlas semata-mata karena Allah Swt. Dalam hati, tekankan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ampunan serta keberkahan. Bacalah istighfar atau memohon ampun kepada Allah beberapa kali untuk membersihkan dosa-dosa sebelum melaksanakan dzikir utama.
Setelah itu, bacaan dzikir Jalalah dapat dimulai. Bacaan tersebut adalah “La ilaha illa Allah” yang berarti “Tidak ada Tuhan selain Allah”. Ucapkan dzikir ini berulang kali dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan. Fokuskan pikiran dan hati hanya kepada Allah, seraya meresapi makna dari setiap kalimat yang diucapkan.
Kondisi hati saat berdzikir juga sangat penting. Upayakan untuk menjaga hati dalam keadaan tenang dan penuh kerendahan hati. Berusaha untuk meredam berbagai pikiran duniawi yang mungkin mengganggu konsentrasi saat berdzikir. Ingatlah bahwa dzikir adalah bentuk ibadah yang sangat dihargai oleh Allah Swt, dan keikhlasan serta kekhusyukan dalam menjalankannya akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.
Motivasi yang patut diingat adalah bahwa setiap upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt tidak akan sia-sia. Setiap lantunan dzikir adalah bentuk ibadah yang mencerminkan kecintaan dan ketundukan kita kepada-Nya.
Oleh karena itu, tetap istiqamah dalam berzikir dan yakinlah bahwa dengan izin Allah, segala niat baik kita akan diberkahi dan dijaga oleh-Nya. []