“Ilmu pengetahuan adalah harta yang senantiasa terus bertambah jika kita mau terus belajar.” (Lukni Maulana)
SESUNGGUHNYA ilmu pengetahuan memiliki posisi yang sangat penting, sehingga menjadi salah satu harta yang paling berharga. Berbeda dengan harta duniawi yang bisa habis atau hilang kapan saja.
Ilmu pengetahuan adalah aset yang terus bertambah dan memberikan manfaat yang berkelanjutan. Ilmu pengetahuan ibarat cahaya yang menerangi jalan hidup manusia.
Allah Swt menghubungkan ilmu dengan cahaya, sebagaimana Surah An-Nur ayat 35:
نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌۙ
“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nur: 34).
Cahaya ini memberikan petunjuk dan membantu manusia untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, antara yang baik dan yang buruk.
Rasulullah Saw bersanda, dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah bin Mas’ud ra:
قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ أَعْمَالُ الْمَكْفِيِّيْنَ وَالصَّلاَةُ أَعْمَالُ الْأَعَاجِزِ وَٱلصَّوْمُ أَعْمَالُ الْفُقَرَاءِ وَالتَّسْبِيْحُ أَعْمَالُ النِّسَاءِ وَالصَّدَقَةُ أَعْمَالُ الْأَسْخِيَاءِ وَالتَّفَكُّرُ أَعْمَالُ الضُّعَفَاءِ أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَعْمَالُ الْأَبْطَالِ؛ قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ: وَمَا أَعْمَالُ الْأَبْطَالِ ؟ قَالَ: طَلَبُ الْعِلْمِ فَإِنَّهُ نُوْرُ الْمُؤْمِنِ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ. (رواه الحاكم)
“Membaca Al-Qur’an itu adalah amal orang-orang yang dilindungi dan salat itu adalah amal orang-orang yang tak berdaya dan puasa itu adalah amal orang-orang miskin dan tasbih itu amal orang-orang perempuan dan sedekah itu amal orang-orang yang murah hati sedang tafakur itu adalah amal orang-orang yang lemah. (amalkanlah itu semua!) Maukah kutunjukkan kepada kalian amal para pahlawan? Ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah amal para pahlawan itu?” Beliau menjawab: “Menuntut ilmu, karena ia adalah cahaya orang mukmin di dunia dan akhirat”. (HR. Hakim).
Nabi Muhammad Saw adalah kota ilmu dan Ali bin Abi Thalib adalah pintunya. Rasulullah Saw bersabda:
أَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا
“Aku adalah kota ilmu sedang Ali adalah pintunya”.
Ali bin Abi Thalib: Antara Ilmu dan Harta
Hadits di atas membuat kaum Khawarij merasa iri hati terhadap Ali bin Abi Thalib. Maka sepuluh orang pemuka kaum Khawarij berkumpul.
Mereka berkata, “Mari kita uji Ali. Kita akan menanyakan satu masalah, jika dia memberikan jawaban berbeda untuk masing-masing dari kita, maka kita akan tahu bahwa dia benar-benar seorang yang alim sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah Saw.”
Seorang dari mereka datang kepada Ali dan bertanya, “Hai Ali, mana yang lebih baik, ilmu atau harta?“
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Orang itu bertanya lagi, “bagaimana penjelasannya?“
Ali menjawab, “Ilmu adalah warisan para nabi, sementara harta adalah warisan Qarun, Syaddad, dan Fir’aun.”
Kemudian, datang orang kedua dan bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ketika ditanya penjelasan, Ali menjawab, “Ilmu menjagamu, sementara engkau harus menjaga harta.”
Datang lagi yang ketiga dan bertanya pertanyaan yang sama. Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ditanya penjelasan, Ali menjawab, “Pemilik harta memiliki banyak musuh, sementara pemilik ilmu memiliki banyak teman.”
Orang keempat datang dan bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ketika ditanya penjelasan, Ali menjawab, “Jika engkau membelanjakan hartamu, ia akan berkurang, tetapi jika engkau mengamalkan ilmumu, ia akan bertambah.”
Lalu datang yang kelima dan bertanya pertanyaan yang sama.
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ketika ditanya dalilnya, Ali menjawab, “Pemilik harta bisa disebut si pelit dan menjadi hina, sementara pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan agung dan mulia.”
Selanjutnya, datang orang keenam dan bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ketika ditanya dalilnya, Ali menjawab, “Pemilik harta akan dihisab pada hari kiamat, sedangkan pemilik ilmu akan memberi syafaat pada hari kiamat.”
Kemudian, datang yang ketujuh dan bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ketika ditanya dalilnya, Ali menjawab, “Harta yang dibiarkan lama akan usang, sedangkan ilmu tidak akan lapuk dan usang.“
Lalu, datang yang kedelapan dan bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ketika ditanya penjelasannya, Ali menjawab, “Harta bisa membuat hati menjadi keras, sedangkan ilmu menerangi hati.“
Kemudian, datang orang kesembilan dan bertanya, “Mana yang lebih baik, ilmu atau harta?”
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ketika ditanya penjelasannya, Ali menjawab, “Pemilik harta dikenal karena hartanya, sementara orang yang berilmu dikenal sebagai hamba Allah.”
Orang kesepuluh datang dan bertanya dengan penrtanyaan yang sama.
Ali menjawab, “Ilmu lebih baik daripada harta.”
Ketika ditanya penjelasannya, Ali menjawab, “Harta sering kali membuat kita tidak tenang, bahkan dengan kata lain harta dapat mengeraskan hati kita. Tetapi, ilmu sebaliknya, dia akan menyinari hati hingga hati kita menjadi terang dan tentram.”
Akhirnya, orang kesepuluh yakni pemuka kaum Khawarij datang bersama-sama kepada Ali dan menyerah, mengakui kebijaksanaan dan kealiman Ali bin Abi Thalib.
“Andaikata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup,” ucap Ali bin Abi Thalib kepada kaum Khawarij.
Oleh karena itu hendaklah untuk senantiasa belajar dan belajar, bahwasanya belajar adalah kewajiban bagi kita.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah). []
Pondok Pesantren Al-Badriyyah
Mranggen, 13/07/2024