“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pandangan mata yang menyejukkan dari para istri dan anak keturunan kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
KASATMATA.TV – Nabi Ismail As merupakan putra Nabi Ibrahim, kisah keteladanan Nabi Ismail diabadikan dalam kitab suci Al-Quran. Nabi Ibrahim berdoa agar diberikan anak yang saleh, sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surah As-Saffat Ayat 100:
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Artinya: ”Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: 100)
Berikut ini pelajaran Akidah Akhlak MI Kelas III tentang kisah keteladanan Nabi Ismail As yang dikutip dari buku yang ditulis Khoirul Muhahiddin yang diterbitkan Kementerian Agama RI
Kisah Keteladanan Nabi Ismail As dan Hikmahnya
Nabi Ismail As. adalah putra Nabi Ibrahim As. bersama istri beliau yaitu Hajar. Pada saat masih bayi, Allah Swt. memerintahkan Nabi Ibrahim As. untuk menempatkan Hajar beserta bayinya Ismail di suatu lembah yang sangat tandus di tanah Makkah. Nabi Ibrahim As. membawa Hajar dan putranya ke tempat tersebut dan meninggalkannya.
Setelah perbekalan yang dibawa Hajar habis, Hajar mencari kemana-mana, namun tidak mendapatkan hasil. Hajar melihat ke arah Safa. Ia berlari-lari ke bukit Safa. Sepertinya di tempat itu terlihat ada air, tetapi ternyata ia tidak mendapatkan air. Kemudian, ia melihat ke arah Marwah.
Sepertinya terlihat ada air di Marwah, ternyata juga tidak didapatkan air. Hal tersebut dilakukan Hajar sebanyak tujuh kali.
Atas peristiwa tersebut, Allah Swt. mengutus Malaikat Jibril, untuk menyuruh Ismail yang masih bayi, menjejakkan kakinya ke pasir.
Setelah itu, dengan izin Allah Swt. keluarlah air yang sangat jernih. Mengetahui hal tersebut, Hajar mengumpulkan air yang keluar dengan mengatakan zamzam. Setelah peristiwa itu, banyak kafilah dagang yang mampir dan meminum air zamzam.
Akhirnya, tempat tersebut menjadi ramai. Nabi Ibrahim As. kembali ke Makkah untuk tinggal bersama Hajar dan Ismail. Setelah Ismail mencapai masa kanak-kanak, Nabi Ibrahim As. mendapat wahyu melalui mimpinya untuk mengurbankan putranya yang bernama Ismail.
Setelah diutarakan mimpinya, Ismail menyuruh ayahnya untuk segera melaksanakan perintah Allah Swt. tersebut dan menerimanya dengan ikhlas.
Nabi Ibrahim As. membawa Ismail ke suatu lembah, untuk melaksanakan perintah Allah Swt. Pada saat proses itu dilaksanakan, terjadilah suatu keajaiban, Ismail diganti oleh Allah Swt. dengan seekor domba yang sangat besar. Nabi Ibrahim As. dan Ismail putranya bersyukur kepada Allah Swt. dan membawa domba tersebut untuk dibagi-bagikan dagingnya kepada masyarakat.
Setelah Ismail menginjak usia dewasa, Nabi Ibrahim As. mendapat perintah dari Allah Swt. untuk menbangun Ka’bah. Setelah bangunan Ka’bah tinggi, Nabi Ibrahim As. menyuruh Ismail As. mencarikan batu sebagai pijakan.
Pijakan kaki Nabi Ibrahim As. itulah sampai sekarang masih dapat disaksikan di sekitar bangunan Ka’bah. Selesai membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim As. berdoa, “Ya Allah, terimalah amal kami dan jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada–Mu. Tunjukkanlah kami berdua cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, serta terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.”
Doa Nabi Ibrahim dalam surah Al-Baqarah ayat 128:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 128)
Hikmah
- Proses pencarian air yang dilakukan oleh Hajar dari Bukit Safa dan Bukit Marwah, diabadikan oleh Allah Swt. dalam prosesi ibadah haji, yang disebut dengan Sa’i. Sa’i adalah berlari-lari kecil dari Bukit Safa ke Bukit Marwah yang berjumlah tujuh kali pada saat menjalankan ibadah haji atau umrah.
- Air yang keluar dari pijakan kaki mungil Ismail, disebut air zamzam. Air zamzam dan sumurnya hingga sekarang masih dikenal muslim di seluruh dunia. Air zamzam memberikan kehidupan pada masyarakat di sekitarnya dan masyarakat dunia.
- Bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim As. dan Ismail bernama Ka’bah. Ka’bah merupakan kiblat kaum muslimin ketika mendirikan shalat, juga merupakan tempat untuk haji.
- Tempat tandus yang ditinggali oleh Ismail As. dan Hajar, namanya Makkah. Tempat lahir seorang Nabi dan Rasul, sebagai penutup para nabi dan rasul, yaitu Muhammad saw.
Meneladani Kisah Keteladanan Nabi Ismail As
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Ismail As. adalah sebagai berikut:
- Nabi Ismail As. merupakan seorang anak yang taat kepada Allah Swt. Ketaatan beliau terlihat ketika Nabi Ibrahim As. memberitahukan adanya perintah Allah Swt. untuk mengurbankan Ismail, ia tidak menolak. Nabi Ismail As. patuh terhadap perintah Allah Swt. dan meminta ayahnya agar segera melaksanakan perintah itu.
- Nabi Ismail As. merupakan anak yang berbakti pada orangtuanya. Beliau tidak membenci ayahnya, meskipun ketika bayi ditinggalkan di padang tandus. Nabi Ismail As. menyadari bahwa semua yang dilakukan ayahnya, Nabi Ibrahim As. merupakan perintah Allah Swt. yang wajib dilakukan.
- Nabi Ismail As. selalu bersikap sopan dan santun kepada orangtuanya. Hal itu terlihat ketika ayahnya mengajaknya berdialog untuk melaksanakan perintah Allah. Ismail mengatakan dengan lembut kepada ayahnya bahwa itu merupakan ujian dari Allah Swt., agar ia termasuk orang yang saleh.
Berdasarkan ketiga pelajaran tersebut, kita dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari- hari dengan berbuat sebagai berikut:
- Taat kepada Allah Swt. dalam keadaan senang maupun susah.
- Taat kepada orangtua karena ridha Allah Swt. tergantung pada ridha kedua orangtua.
- Semua perintah Allah Swt. harus kita laksanakan dengan ikhlas hanya karena Allah Swt. semata saja dan menerima semua risiko yang ditimbulkannya.
- Menyampaikan pesan harus dengan baik dan tidak memaksa.
- Menumbuhkan kesadaran dengan dialog lebih penting daripada dengan paksaan dan ancaman.
Demikianlah kisah keteladanan Nabi Ismail, semoga bermanfaat. []