Kebahagiaan menurut Imam Al-Ghazali diterangkan dalam kitab Kimya’us Sa’adah
KASATMATA.TV – Setiap orang berkeinginan untuk mendapatkan kebahagiaan, ada beragam cara untuk mencapainya. Imam Al Ghazali membahas konsep dan makna kebahagiaan dalam kitab Kimya’us Sa’adah.
Adapun kebahagiaan menurut Imam Al Ghazali dalam kitab tersebut menerangkan, bahwasanya ada 4 kebahagiaan yakni:
Pertama, berhati-hatilah kalau kebahagiaanmu hanya karena urusan makan, minum dan semua kebutuhan bilogis. Maka kamu termasuk kelompok Baha’im yakni seperti binatang ternak.
Kedua, jika kebahagiaanmu terletak pada menang atau kalau, peringkat, status sosial. Maka kamu termasuk golongan Sabu’iyah yakni seperti bintanga liar.
Ketiga, kalau hidupmu yang bikin bahagian adalah tipu daya muslihat atau mencurangi orang lain. Maka kebahagiaanmu adalah kebahagiaan yang jenis kebahagiaan setan.
Keempat, jika kebahagiaanmu itu hanya berurusan dengan menyembah Allah Swt, maka kamu termasuk pada level malaikat.
Pesan tersebut termaktub dalam kitabnya Kimya’us Sa’adah, bahwanya Imam Al Ghazali mengatakan bahwa terdapat tiga sifat dalam diri seorang yakni unsur hewan (hayawaniyyah), setan (syaythaniyyah), dan malaikat (malakiyyah).
وقد جمعت فى باطنك صفات منها صفات السباع ومنها صفات الملائكة فالروح حقيقة جوهرك وغيرها غريب منك وعارية عندك فالواجب عليك أن تعرف هذا وتعرف أن لكل واحد من هؤلاء عذاء وسعادة
Artinya: “Di dalam dirimu terkumpul berbagai karakter, antara lain karakter hewan, karakter binatang buas, dan karakter malaikat. Ruh adalah hakikat elemenmu, sedang yang lain adalah asing dan sekedar pinjaman yang ada padamu. Kau harus mengerti ini dan harus mengerti bahwa bagi masing-masing karakter tadi memiliki kebutuhan makanan dan kebahagiaannya sendiri-sendiri.”
Jika melihat pesan Imam Al Ghazali kebahagiaan tertinggi yakni ketika manusia benar-benar menyembah Allah Swtselevel dengan malaikat.
Namun sesunggunya akan mengerutkan dahi, sebab ini memang sangat bagus akan tetapi tidak manusiawi.
Sebab manusia diciptakan Allah Swt bukan sekadar untuk menjadi malaikat, namun manusia memang diperintahkan untuk menjadi hamba sebagaimana malaikat.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56).
Tapi manusia juga diperintahkan Allah Swt untuk menjadi Khalîfah fil ardh atau pemimpin di bumi. Allah Swt berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30).
Kebagaiaan menurut Al Ghazali adalah apa yang melingkupi manusia itu sendiri baik pada akal, indera maupun hati.
Namun Al Ghazali mengatakan bahwa jiwa manusia itu ibarat kota besar, yang menjadi rajanya adalah hati (qalb) yang menjadi kecenderungan batin manusia.
تمام السعادة مبني على ثلاثة أشياء: قوة الغضب، قوة الشهوة، قوة العلم.
فيحتاج أن يكون أمرها متوسطاً؛ لئلا تزيد قوة الشهوة فتخرجه إلى الرخص فيهلك، أو تزيد قوة الغضب فتخرجه إلى الجموح فيهلك.
فإذا توسطت القوتان بإشارة قوة العلم دل على طريق الهداية، وكذلك الغضب إذا زاد سهل عليه الضرب والقتل، وإذا نقص ذهبت الغيرة والحمية في الدين والدينا، وإذا توسط كان الصبر والشجاعة والحكمة. وكذا الشهوة إذا زادت كان الفسق والفجور، وإن نقصت كان العجز والفتور، إن توسطت كان العفة والقناعة وأمثال ذلك.
Artinya: “Hakikat hati tidak berasal dari alam fana ini, melainkan dari alam ghaib, maka di alam ini dia (hati) adalah penduduk asing, daging (jantung) hanya tumpangannya, seluruh anggota tubuh merupakan alat atau tentaranya, sedangkan dia (hati) berperan sebagai raja mereka. Sebagai raja dia (hati) mempunyai sifat mampu mengenal keindahan Allah, melihat Allah dengan pandangan batin, tugas penciptaan ditujukan padanya (hati), firman Allah tertuju padanya (hati), pahala maupun siksa dikenakan padanya (hati), kebahagiaan dan kesdihan dirasakannya, sedangkan jiwa dan hasrat hewani merupakan pengikutnya dan mengiringinya.”
Manusia berjalan dan terus berjalan untuk mendapatkan atau meraih kebahagiaan. Salah satunya dengan berupaya memohon atau berdoa kepada Allah Swt dengan doa yang dikenal dengan doa sapu jagat.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Al-Baqarah: 201). []