Istighosah berasal dari wazn istif’aal (اِسْتِفْعَال) dari kata al-ghauts (الغَوْث) yang berarti pertolongan atau bantuan, dan secara harfiah, istighosah diartikan sebagai doa untuk permohonan bantuan kepada Allah Swt
KASATMATA.TV – Istighosah merupakan praktik spiritual yang menekankan pentingnya memohon pertolongan kepada Allah Swtpada saat menghadapi keadaan sulit atau sukar.
Praktik ini didasarkan pada keyakinan bahwa hanya Allah Swt yang memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan sejati. Istighosah dilakukan dengan syarat bahwa yang dimintai pertolongan harus memiliki sifat hayyun (hidup), hadir (ada secara nyata), dan qadir (mampu).
Bahwa sesungguhnya Allah Swt adalah satu-satunya entitas yang mesti dimintai pertolongan. Terlebih untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
1 Pengertian Istighosah
Adapun arti istighosah berasal dari bahasa arab yang berasal dari dari wazn (pola) istif’aal (اِسْتِفْعَال) dari kata al-ghauts (الغَوْث) yang berarti pertolongan. Jadi thalab al-ghauts (طَلَبُ الغَوْثِ) yang secara harfiah berarti meminta pertolongan kepada Allah Swt.
Dalam konteks ini, makna istighosah menggambarkan suatu bentuk doa dan permohonan khusus kepada Allah Swt untuk mendapatkan pertolongan dalam menyelesaikan masalah atau mengatasi hambatan yang dihadapi.
2 Teks Istighosah lengkap
3 Istighosah PDF
Download Bacaan istighosah PDF:
4 Bacaan Doa Istighosah Arab, Latin dan Artinya
Berikut ini bacaan doa Istigosah teks arab, latin dan artinya yang dikutip dari NU Online:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillaa hirrahmaanir rahiim
Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
الفَاتِحَة
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيْمِ ﴿١﴾ الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَٰلَمِينَ ﴿٢﴾ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيْمِ ﴿٣﴾ مَٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ ﴿٤﴾ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ ﴿٥﴾ اِهْدِنَا الصِّرَٰطَ الْمُسْتَقِيْمَ ﴿٦﴾ صِرَٰطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّيْنَ ﴿٧﴾
Bismillaa hirrahmaanir rahiim. Alhamdulillaahi rabbill’aalamiin. Arrohmaanir rahiim. Maaliki yaumiddin. Iyyaaka Na’budu wa iyyaaka Nasta’iin. Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdhuubi’alaihim waladhaalliin.
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih lagi maha penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah. Dan hanya kepada Engkaulah pula kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang orang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat, semoga engkau kabulkan permohonan kami.”
أَسْتَغْفِرُ ٱللّٰهَ الْعَظِيْمَ
Astaghfirullaahal’adhiim. (3x)
Artinya: “Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.”
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘alayyil ‘adziim. (3x)
Artinya: “Tiada daya untuk menjauhi maksiat kecuali dengan pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan untuk melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah.”
أللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ٣x
Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad (x3)
Artinya: “Ya Allah. Limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad berserta keluarganya.”
لَا إلهَ إلَّا أنْتَ سُبْحَانَكَ إنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu mina dzoolimiin (40x)
Artinya: “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orang-orang yang telah berbuat zalim.”
يَا اَللّٰهُ يَا قَدِيْمُ
Yaa Allah Yaa Qodiim. (33x)
Artinya: “Wahai Allah, wahai Dzat yang ada tanpa permualaan.”
يَا سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُ
Yaa Samii’u Yaa Bashiir (33x)
Artinya: “Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.”
يَا مُبْدِعُ يَا خَالِقُ
Yaa Mubdi’u Yaa Khooliqu (33x)
Artinya: “Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak ada, wahai Dzat Yang Maha Pencipta.”
يَا حَفِيْظُ يَا نَصِيْرُ يَا وَكِيْلُ ياَ اللّٰهُ
Yaa Haafidzu Yaa Nashiiru Yaa Wakiilu Yaa Allah (33x)
Artinya: “Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan dan kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong, wahai Dzat yang menjamin rizki para hamba dan mengetahui kesulitan-kesulitan hamba, ya Allah.”
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
Yaa Hayyu Yaa Qoyyuumu birohmatika astaghiitsu (33x)
Artinya: “Wahai Dzat Yang Hidup, yang terus menerus mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan-MU”
يَا لَطِيْفُ
Yaa Lathiif (41x)
Artinya: “Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang“
أسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ إنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
Astaghfirullaahal ‘adziim innahu kaana ghoffaaroo (33x)
Artinya: “Aku mohon ampung kepada Allah Yang Maha Agung, sunggu Allah Dzat Yang Maha Pengampun.”
أللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتِي أدْرِكْنِي يَا اَللّٰهُ يَا اَللّٰهُ يَا اَللّٰهُ
Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammadin qod dhooqot hiilatii adriknii, Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, sungguh telah habis daya dan upayaku maka tolonglah kami, Ya Allah Ya Allah Ya Allah.”
أللّهُمَّ صَلِّي صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Allahumma Sholi Sholaatan Kaamilatan Wasallim Salaaman Taamman ‘Alaa Sayyidina Muhammadinil Ladzii Tanhallu Bihil ‘Uqodu Wa Tanfariju Bihil Kurobu Wa Tuqdhoo Bihil Hawaa-Iju Wa Tunaalu Bihir-Roghoo-Ibu Wa Husnul Khowaatimi Wa Yustasqol Ghomaamu Bi Wajhihil Kariimi Wa ‘Alaa Aalihii Wa Shohbihii Fii Kulli Lamhatin Wa Nafasin Bi ‘Adadi Kulli Ma’Luumin Laka.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.”
يَا بَدِيْعُ
Yaa badii’u (41x)
Artinya: “Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya.”
حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
Hasbunallahu wani’mal wakiil (33x)
Artinya: “Cukup bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik penolong.”
5 Dalil Istighosah
Sebagaimana di awal bahwasanya istighosah adalah upaya seorang hamba memohon pertolongan kepada Allah Swt dan bentuk ketundukan juga aktivitas kedekatan antara seorang hamba dengan Allah Swt.
Allah Swt berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: “Kami benar-benar mengamati segala yang dilakukan dan ditinggalkan manusia. Apabila hamba-Ku bertanya kepadamu, Muhammad, “Apakah Allah itu dekat dengan kami, dan tahu apa yang kami rahasiakan, kami tampakkan dan yang kami tinggalkan?” jawablah, “Sesungguhnya Kami dekat dengan hamba-hamba Kami, lebih dekat dari yang mereka sangka.” Buktinya bahwa doa seseorang akan sampai pada Allah dan dikabulkan pada saat ia berdoa. Maka jika Allah telah memperkenankan dan mengabulkan doa mereka, hendaknya mereka itu membalasnya dengan iman dan ketaatan karena hal itu akan menjadi jalan kebenaran dan kebaikan mereka.” (QS. Al-Baqarah: 186).
قُلْ أَرَءَيْتَكُمْ إِنْ أَتَىٰكُمْ عَذَابُ ٱللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ ٱلسَّاعَةُ أَغَيْرَ ٱللَّهِ تَدْعُونَ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Artinya: “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!”” (QS. Al-An’am: 40)
بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِن شَآءَ وَتَنسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ
Artinya: “(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah).” (QS. Al-An’am: 41)
Melalui istighosah, umat Islam diajarkan untuk tetap tawakal dan sabar dalam menghadapi berbagai ujian hidup, seraya menyadari bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya dengan izin dan pertolongan dari Allah Swt.
Dasar istighosah dalam ajaran Islam juga diperkuat, dalam Surah Al-Fatihah, ayat ke-5. Allah Swt berfirman:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.”
Ayat ini menjadi landasan kuat bagi umat Islam untuk mengarahkan istighosah hanya kepada Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ
Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering. (HR. Turmudzi).
6 Sejarah dan Tradisi Istighosah
Istighosah telah menjadi bagian integral dari tradisi keagamaan umat Islam, yang dilakukan secara berkala dalam banyak komunitas.
Praktik ini tidak hanya melibatkan perorangan, tetapi juga mengundang partisipasi kolektif, menandai kebersamaan dan semangat komunal dalam berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah Swt atas segala kebutuhan dan kebaikan.
Tradisi istighosah ini berkembang seiring waktu, dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan dan situasi sosial di berbagai daerah.
Namun, esensi dari ritual tersebut tetap sama yaitu memohon pertolongan dan bimbingan dari Allah Swt. Misalnya, istighosah sudah dikenal dan sering diadakan dalam acara-acara tertentu, seperti saat menghadapi bencana alam, kesulitan, kesusah atau ketika masyarakat sedang dalam masa sulit.
Selain itu kegiatan istighosah menjadi rutinitas dalam mengawali majelis zikir dan sholawat. Juga di masjid maupun pondok pesantren menjadikan istighosah sebagai amalan khusus.
Istighosah tidak dapat lepasa dari penyusunnya yakni KH. Muhammad Romly Tamim. Beliau adalah seorang ulama yang dikenal luas karena dedikasinya dalam menjalankan dan menyusun doa istighosah.
Kisah beliau menunjukkan sejauh mana usaha dan pengorbanan dilakukan dalam menjalani ritual istighosah. KH. Romly Tamim memulai penyusunan istighosah dengan melakukan puasa riyaḍah selama tiga tahun.
Proses puasa ini bukan hanya sebagai bentuk pengekangan diri, tetapi juga sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, sehingga doa-doa yang kemudian disusun benar-benar berasal dari hati yang bersih dan tulus.
Penyusunan doa istighosah oleh KH. Romly Tamim menunjukkan betapa mendalamnya makna dan dedikasi pada ritual ini. Doa-doa tersebut tidak hanya berfungsi sebagai permohonan bantuan, tetapi juga sebagai sarana untuk mencapai penyatuan spiritual dengan Sang Pencipta.
7 Tujuan dan Intensitas Istighosah
Istighosah memiliki tujuan yang penting dalam kehidupan spiritual umat Islam. Secara mendasar, istighosah dilakukan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt, memperkuat iman, dan membentuk pengabdian yang lebih mendalam.
Aktivitas ini, berupa doa bersama yang dilakukan untuk meminta pertolongan atau perlindungan, memiliki intensitas emosional dan spiritual yang tinggi.
Setiap individu yang berpartisipasi dalam istighosah tidak hanya memohon bantuan untuk mengatasi berbagai kesulitan hidup, tetapi juga memanfaatkan momen ini untuk merenungkan kehadiran Ilahi dalam kehidupan mereka.
Keutamaan istighosah juga terletak pada kemampuannya untuk memperkuat jalinan spiritual di antara jamaah.
Dalam sesi doa kolektif seperti ini, terdapat perasaan solidaritas dan persatuan yang biasanya muncul, mengingat semua peserta berkumpul dengan tujuan yang sama: mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.
Energi kolektif dari doa bersama ini dapat menciptakan hubungan yang lebih intim dengan Tuhan, di mana para jamaah merasakan adanya dukungan emosional dan spiritual dari sesama.
Intensitas dalam istighosah bukan hanya terlihat dari jumlah kata-kata atau panjangnya doa yang diucapkan, tetapi lebih kepada niat dan kesungguhan hati saat memohon.
Saat melakukan istighosah, seseorang diharapkan untuk benar-benar tulus dalam permintaan dan keyakinannya bahwa segala usaha mereka akan mendapatkan pertolongan dari Allah Swt.
Pentingnya niat yang murni dan tulus dalam istighosah juga ditekankan agar doa yang dipanjatkan dapat lebih diterima oleh Allah Swt.
Melalui istighosah, seseorang dapat mencapai kematangan cita-cita hidup dengan lebih jelas. Kehadiran Ilahi yang dihayati selama istighosah membantu setiap individu lebih fokus dalam memahami tujuan hidup, serta menghadapi tantangan dengan tenang dan penuh kepercayaan diri.
Di samping itu, praktik rutin dari istighosah juga berpotensi meningkatkan kedisiplinan spiritual, membiasakan diri dengan keteraturan dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Istighosah memiliki peran penting dalam mendatangkan berbagai manfaat bagi jiwa dan kehidupan seseorang. Pertama, ritual ini memiliki potensi besar dalam mendatangkan keridhaan Allah Swt.
Keridhaan ini merupakan bentuk keberkahan yang sangat diharapkan oleh setiap Muslim. Dengan beristighosah, kita menunjukkan ketundukan dan rasa syukur kepada Sang Pencipta, sehingga diharapkan mendapat restu dan rahmat-Nya yang berlimpah.
Kedua, istighosah mampu mengusir setan dan mencegah gangguan-gangguan negatif yang sering kali menghampiri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, berbagai godaan dan gangguan bisa mengaburkan iman seseorang.
Melalui istighosah, seseorang bisa memperkuat pertahanan dirinya terhadap hal-hal yang dapat merusak spiritualitas dan mental.
Ketiga, melaksanakan istighosah secara rutin diyakini dapat menghilangkan kesedihan dan kemuraman hati. Ketika seseorang berkomunikasi langsung dengan Allah Swt melalui doa dan permohonan, hati menjadi lebih tentram dan jauh dari kecemasan.
Ketentraman ini menjadi modal penting dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan cobaan.
Keempat, salah satu manfaat lain dari sering melakukan istighosah adalah pelapangan rezeki. Doa dan permohonan yang tulus kepada Allah Swt dipercaya bisa membuka pintu-pintu rezeki yang mungkin sebelumnya tertutup.
Dengan demikian, usaha dan ikhtiar yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari akan lebih terasa buah dan hasilnya.
Terakhir, istighosah mengingatkan kita bahwa Allah Swt selalu mengawasi setiap langkah kita. Kesadaran ini sangat penting untuk mendorong seseorang agar terus berbuat baik dan menghindari perilaku yang tidak terpuji.
Dengan beristighosah, kita diingatkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan Allah dan dengan sesama, sehingga kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih harmonis dan seimbang. []