Menurut Annemarie Schiemmel, angka 19 berkaitan dengan nilai numeric wahid atau yang esa.
KASATMATA.TV – Arti angka 19 melambangkan banyak makna dan simbolisme yang beragam dalam berbagai budaya dan kepercayaan. Di banyak sistem numerologi, angka 19 dianggap sebagai angka yang kuat dan penuh misteri.
Dalam tradisi Jawa, angka 19 memiliki makna dan kepercayaan tersendiri yang kaya akan simbolisme dan filosofi. Angka ini terkait erat dengan kebudayaan dan spiritualitas Jawa yang kaya akan tradisi mistik dan kepercayaan kepada kekuatan metafisika.
Selain itu, dalam Kalender Jawa, terdapat siklus tahun yang disebut “Dasa Warsa” atau sering disebut juga “Windu”. Setiap Dasa Warsa memiliki jangka waktu 10 tahun, dan setelah mencapai tahun ke-10, siklus ini akan diulang. Namun, pada tahun ke-19, terdapat perayaan yang disebut “Pawukon”.
Pawukon merupakan suatu periode di mana orang Jawa meyakini bahwa terdapat perubahan signifikan dalam alur kehidupan dan energi spiritual.
Oleh karena itu, angka 19 menjadi lambang transisi dan perubahan, mengajarkan tentang pentingnya kesadaran diri dan kesiapan menghadapi tantangan baru dalam hidup.
Dalam tradisi Pythagoras, arti angka 19 disebut sebagai “Angka Malaikat” yang dianggap sebagai manifestasi spiritual yang kuat. Hal ini mewakili harmoni, kreativitas, dan kemampuan untuk mengekspresikan diri secara unik.
Sebagai hasil dari penjumlahan angka 1 dan 9, 19 juga dapat dilihat sebagai kombinasi antara awal baru (1) dan kematangan atau penyelesaian (9), menciptakan energi transformatif yang kuat.
Annemarie Schiemmel menjalaskan arti angka 19 dalam karyanya buku The Mystery of Numbers, Misteri Angka-Angka dalam berbagai Peradaban Kuno dan Tradisi Agama Islam, Yahudi, dan Kristen.
Menurut Annemarie Schiemmel bahwasanya angka 19 adalah angka siklus metonik. Sembilan belas adalah 20 yang belum lengkap, tetapi juga merupakan sebuah angka sakral di Timur Dekat.
Di Mesir Kuno dalam buku Book of the Dead menyebut 19 anggota badan, yang masing-masingnya mempunya seorang dewa. Dan jika ditambah dengan dewa untuk seluruh badan, maka jumlahnya menjadi 20.
Annemarie Schiemmel melanjutkan bahwa para ahli tafsir Barat Abad Pertengahan, 19 adalah jumlah dari 12 simbol zodiac dan 7 planet.
Namun demikian, berbeda dengan tradisi Islam. Menurut Annemarie Schiemmel, angka ini berkaitan dengan nilai numeric wahid atau yang esa.
Peradaban kuno di Babilonia kuno, hari kesembilan belas pada setiap bulan dianggap sebagai hari naas, karena merupakan hari keempat puluh sembilan sejak permulaan bulan sebelumnya. Atau 7×7, dan berarti hari tersebut mempunyai kekuatan, baik atau jahat.
Sementara itu, dalam ilmu astronomi angka 19 dihubungkan dengan apa yang disebut siklus metonik; setiap 19 tahun, semua fase perekahan dan penyusutan bulan jatuh pada hari dan minggu yang sama selama satu tahun matahari.
Di dalam Al-Qur’an ada hal yang menarik bahwasanya angka 19 disebutkan di dalam firman Allah Swt dalam surah Al-Muddassir ayat 30. Allah Swt berfirman:
عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ
Artinya: “Dan di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).” (QS. Al-Muddassir: 30)
Menurut penjelasan Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah yakni, “azab-azab yang ada di dalam neraka Jahannam di bawah pengawasan sembilan belas malaikat, atau sembilan belas jenis malaikat.”
Sedangkan dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan, “Yaitu dari barisan terdepan Malaikat Zabaniyah (juru siksa), bentuk tubuh mereka besar-besar dan penampilan mereka sangat kasar lagi bengis.”
Yakni terdiri dari para malaikat Zabaniyah (jura siksa) yang kasar lagi keras, yang demikian itu merupakan jawaban terhadap orang-orang musyrik Quraisy, ketika diceritakan kepada mereka bilangan para penjaga neraka.
Maka Abu Jahal berkata, “Hai golongan orang-orang Quraisy, tidakkah setiap sepuluh orang dari kalian mampu mengalahkan seseorang dari mereka, maka pastilah kamu dapat mengalahkan mereka?“
Maka Allah Swt berfirman:
وَمَا جَعَلْنَآ أَصْحَٰبَ ٱلنَّارِ إِلَّا مَلَٰٓئِكَةً
Artinya: “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu, melainkan dari malaikat.” (QS. Al-Muddatstsir: 31).
Yaitu kasar penampilannya, mereka tidak dapat dilawan dan tidak terkalahkan.
Bismillah dan Rahasia Angka 19
Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Muddassir ayat 30-31:
عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ
“Dan di atasnya ada sembilan belas. Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (QS. Al-Muddassir: 30-31).
Dr. Rasyad Khalifah peneliti dari Amerika Serikat berupaya menguak rahasia dan arti angka 19 pada kalimat Basmallah atau Bismillah. Hasil penelitiannya tertuang dalam bukunya yang berjudul Miracle of The Quran.
Bahwa bismillah ternyata memiliki 19 huruf yakni Ba, Sin, Mim, Alif, Lam, Lam, Ha, Alif, Lam, Ra, Ha, Mim, Nun, Alif, Lam, Ra, Ha, Ya dan Mim.
Sungguh luar biasa. Dalam hadits Nabi Muhammad,di riwayatkan Abdurrahman bin Abu Hatim, berasal dari Sahabat Ibnu Abbas, bahwa Utsman bin Affan. bertanya kepada Rasulullah Saw, tentang kalimat Bismillah:
Lalu Rasulullah Saw menjawab:
هُوَ اسْمٌ مِنْ اَسْمَاءِ اللهِ وَمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اسْمِهِ الْاَكْبَرِ اِلَّا كَمَا بَيْنَ سَوَادِ الْعَيْنَيْنِ وَبَيَاضِهِمَا مِنَ الْقُرْبِ.ِ
“Ia adalah salah satu dari nama-nama Allah begitu dekatnya kalimat bismillah ini dengan nama Allah yang ter-Agung seperti dekatnya biji mata yang hitam dengan biji mata yang putih.”
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya peradaban senantiasa memperlihatkan keunikan dari angka 19.
Namun demikian setiap angka memiliki jalannya, soal keberuntungan maupun kebutungan hanya Allah Swt tahu, manusia hanya bisa berusaha dan pasrah. []