Hizib Sakron yang disusun oleh Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf, merupakan amalan yang berisi doa-doa maśurat (yang merupakan peninggalan dari Nabi) dan doa-doa mustajab yang dibaca menurut waktu tertentu.
KASATMATA.TV – Hizib Sakron merupakan usaha para ulama yang berupaya mendekatkan dirinya dengan Allah Swt.
Hizib dalam praktiknya dapat memberikan banyak fungsi dan manfaat (faidah), di antaranya seperti perlindungan dari sihir atau ilmu hitam, mendapatkan suatu kebutuhan (hajat), dan mendekatkan diri dengan Allah Swt.
Adapun arti Hizib Sakron secara bahasa merupakan gabungan dari dua kata yaitu Hizb dan sakran. Hizb (حزب) yang berarti wirid, kelompok, golongan. Sedangkan sakran berasal dari kata sakira-yaskaru-sakaran yang berarti mabuk. Sakran merupakan bentuk fail berarti orang yang mabuk.
Hizib Sakron yang disusun oleh Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf.
1 Bacaan Hizib Sakron
Berikut ini bacaan Hizib Sakron teks arab, latin dan artinya:
Hizib Sakron
حزب السكران
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، اَللّٰهُمَّ إِنِّي احْتَطْتُ بِدَرْبِ اللهِ، طُوْلُهُ مَا شَاءَ اللهُ، قُفْلُهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، بَابُهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ، صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَقْفُهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Bismillâhir-rahmânir-rahîm(i). Allâḫumma innîḫtath-tu bidarbillâhi thûluhu mâ syâ’allâhu. Qufluhu lâ ilâha illallâhu, bâbuhu Muḫammadun Rasûlullâhi, shallallâhu alaihi wa sallama, saqfuhu lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhil-aliyyil-`adhîm(i).
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ya Allah! Sungguh aku mengelilingi dengan penjagaan Allah. Panjangnya ‘Mâ syâ-Allah’ (sesuatu yang dikehendaki Allah). Kuncinya ‘Lâ ilâha illallâh’ (tiada Tuhan selain Allah). Gemboknya ‘Muhammadur-Rasûlullâh, ﷺ’ (Muhammad adalah utusan Allah). Atapnya ‘Lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhim’ (Tidak ada kekuatan menjalankan ketaatan dan tidak ada daya upaya menghindari kemaksiatan kecuali dengan pertolongan Allah yang maha tinggi dan agung).
أَحَاطَ بِنَا مِنْ ﴿بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ، الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ، مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ، اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ، اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ، صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ﴾
Aḫâtha binâ min bismillâhir-raḫamânir-raḫaîm(i). Al-ḫamdulillâhi rabbil-âlamîn(a). Arraḫmânir-raḫîm. Mâliki yaumid-dîn(i). Iyyâka nabudu wa iyyâka nastaîn(u). Ihdinash-shirâtal-mustqîm(a). Shirâtal-ladzîna anamta alaihim ghairil-maghdûbialaihim wa lâdl-dlâllîn(a). 3x
Semoga Allah mengelilingi kami dengan (bacaan) “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”(QS al-Fatihah : 1-7).
سُوْرٌ سُوْرٌ سُوْرٌ
Sûrun sûrun sûrun
Bentengilah diriku, bentengilah diriku, bentengilah diriku
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَــاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَــاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
Allâhu lâ ilâha illâ Huwal-ḫayyul-qayyûm(u), lâ ta’khudzuhu sinatun wa lâ naum(un), lahu mâ fis-samâwâti wa mâ fil-ardli, man dzal-ladzî yasyfauindahu illâ bi’idznihi, yalamu mâ baina aidihim wa mâ khalfahum wa lâ yuḫithûna bisyai’in minilmihi illâ bimâ sya’a, wasia kursiyuhus-samawâti wal-ardla wa lâ ya’uduhu ḫifdhuhuma wa huwal-aliyyul-adhîm(u).
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar. (QS al-Baqarah : 255).
بِنَا اسْتَدَارَتْ كَمَا اسْتَدَارَتِ الْمَلَائِكَةُ بِمَدِيْنَةِ الرَّسُوْلِ بِلَا خَنْدَقٍ وَلَا سُوْرٍ، مِنْ كُلِّ قَدَرٍ مَقْدُوْرٍ، وَحَذَرٍ مَحْذُوْرٍ، وَمِنْ جَمِيْعِ الشُّرُوْرِ، تَتَرَّسْنَا بِاللهِ (×٣) مِنْ عَدُوِّنَا وَعَدُوِّ الله، مِنْ سَاقِ عَرْشِ اللهِ إِلَى قَاعِ أَرْضِ الله، بِمِائَةِ أَلْفِ أَلْفِ أَلْفِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، صِنْعَتُهُ لَا تَنْقَطِعُ بِمِائَةِ أَلْفِ أَلْفِ أَلْفِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، عَزِيْمَتُهُ لَا تَنْشَقُّ بِمِائَةِ أَلْفِ أَلْفِ أَلْفِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Binâstadârat kamastadâratil-malâ’ikatu bimadînatir-rasûli bilâ khandaqi wa lâ sûr(i), min kulli qadari maqdûr(i). wa ḫadzari maḫdzûr(i), wa min jamiisy-syurûr(i), tatarrasnâ billâhi (3x) minaduwwinâ wa aduwwillâh, min sâqiarsyillâhi, ila qâi ardlillâh, bimi’ati alfi alfi alfi lâ ḫaula wa lâ quwwata illâ billâhil-aliyyil-adhîmi, shinatuhu lâ tanqathiu bi mi’ati alfi alfi alfi â ḫaula wa lâ quwwata illâ billâhil-aliyyil-adhîmi,azîmatuhu lâ tansyaqqu bi mi’ati alfi alfi alfi â ḫaula wa lâ quwwata illâ billâhil-aliyyil-adhîmi
Kami terlindungi, sebagaimana para malaikat yang melindungi kota Rasulullah (Madinah) dengan tanpa parit dan benteng, dari setiap kekuatan yang ditentukan, dari kewaspadaan yang perlu diwaspadai, dari semua keburukan. Kami hanya berperisaikan dengan Allah. Dari musuh kami dan musuh Allah, dari penjaga ‘arasy-nya Allah, ke dasar bawah bumi Allah, berkat seratus juta ‘Lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘adhîm’. Pekerjaannya tidak terputus berkat seratus juta ‘Lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘adhîm’. Jimatnya tidak retak, berkat seratus juta ‘Lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘adhîm’.
اَللّٰهُمَّ إِنْ أَحَدٌ أَرَادَنِيْ بِسُوْءٍ مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ وَالْوُحُوْشِ وَغَيْرِهِمْ مِنْ سَائِرِ الْمَخْلُوْقَاتِ مِنْ بَشَرٍ أَوْ شَيْطَانٍ أَوْ سُلْطَانٍ أَوْ وَسْوَاسٍ، فَارْدُدْ نَظْرَهُمْ فِي انْتِكَاسٍ، وَقُلُوْبَهُمْ فِي وَسْوَاسٍ، وَأَيْدِيَهُمْ فِيْ إِفْلَاسٍ، وَأَوْبِقْهُمْ مِنَ الرِّجْلِ إِلَى الرَّأْسِ. لَا فِيْ سَهْلٍ يَجْدَعُ وَلَا فِي جَبَلٍ يَطْلَعُ بِمِائَةِ أَلْفِ أَلْفِ أَلْفِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Allâhumma in arâdanî aḫadun bisû’in minal-jinni wal-insi wal-wuḫûsyi wa ghairihim min syâiril makhlûqâti min basyarin au syaithânin au sulthânin au waswâsin fardud nadharahum fintikâsin wa qulûbahum fî waswâsin wa aidiyahum fî iflâsin wa aubiqhum minar-rijli ilar-ra’si lâ fî sahlin yajdau wa lâ fî jabalin yathla
u bimi’ati alfi alfi alfi â ḫaula wa lâ quwwata illâ billâhil-aliyyil-
adhîmi. Wa shallallâhu ala sayyidinâ Muḫammadin wa
ala âlihi wa shaḫbihi wa sallam(a).
Ya Allah! Jika seseorang ingin berbuat jahat kepadaku, baik dari kalangan jin, manusia, binatang buas, maupun makhluk apa saja, baik dari manusia, setan, penguasa (zalim), maupun bisikan jahat, maka kembalikan pandangan (pikiran) mereka dalam keadaan terjungkir, hati mereka dalam keragu-raguan, tangan-tangan mereka dalam keadaan gagal (tak bisa berbuat banyak), hancurkan/hinakan mereka dari kaki sampai kepalanya, tak mampu memotong (mengalahkan /berjalan) di tanah datar dan tidak mampu memanjat di gunung, berkat beratus-ratus juta ‘Lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azhîm’. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan Allah kepada junjungan kita, Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.
(سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ) فيِْ كُلِّ لَحْظَةٍ أَبَدًا، عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Bifadl-li subḫâna rabbika rabbil-izzatiammâ yashifûn(a). wa salâmun alal-mursalîna wal-ḫamdulillâhi rabbil-âlamîn(a). fî kulli laḫdhatin abadan, ‘adada khalqihi wa ridlâ nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midâda kalimâtihi
Mahasuci Tuhanmu Tuhan yang Mahamulia dari segala tuduhan yang mereka sifatkan. Semoga kesejahhteraan atas para rasul. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh keberadaan. Selalu, dalam tiap kedipan, sebanyak hitungan ciptaannya, keridhaan Diri-Nya, hiasan Arsy-Nya, dan tinta Kalimat-Nya.
Download Hizib Sakron PDF
Download Hizib Sakron PDF link dibawah ini:
2 Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf
Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf merupakan penyusun Hizib Sakron. Ia lahir di Tarim, Hadramaut pada tahun 818 Hijriyyah. Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf adalah seorang ulama dari golongan ahli tasawuf (Ṣufi).
Ia adalah seorang penghafal al-Qur’an dengan qiraah mujawwad melalui dua riwayat yaitu dari Imam Abi Amr dan Imam Nāfi’. Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf juga hafal kitab al-Hawi karangan Imam al-Quzwani.
Ayahnya bernama Abu Bakar memberikan isyarat kepada isterinya ketika sedang mengandung Imam Ali, bahwa janin yang dikandungnya akan memiliki tingkatan (maqām) yang agung.
Syekh Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya ketika anakku sedang dalam kandungan telah terkumpul dalam dirinya dua jenis ilmu, akan tetapi hal tersebut masih tersembunyi dan akan terlihat sebelum rambutnya memutih”.
Ketika Imam Ali lahir, kakenya yang bernama al-Muqaddam Tsani Abdurrahman as-Saqqaf mengatakan bahwa kelahiran anak dari Abu Bakar adalah seorang sufi. Dan penamaan Ali merupakan titipan dari saudaranya, Syaikh Abdullah Alaydrus. Setelah ayahnya wafat, Syaikh Ali kemudian diasuh oleh pamannya yang bernama Syaikh Umar Muhdhar.
Dari pamannya tersebut, Imam Ali mendapatkan banyak pelajaran dan dijaganya dari hal-hal yang dapat merusaknya. Ketika pamannya wafat, beliau bertaḥannus (khalwat) dan suatu hari dalam khalwat-nya mendengar suatu panggilan, “yā ayyuhannafsul muṭmainnah irji’ī ilā rabbiki rāḍiyatam marḍiyyah”
Setelah itu beliau keluar dari pertapaannya dan membaca kitab Ihya Ulumudin karya Hujjah al-Islam, Imam al-Ghazali sebanyak dua puluh lima kali ḥataman. Setiap satu kali ḥataman, Syaikh Abdullah Alaydrus mengadakan syukuran dengan menyajikan berbagai makanan dan minuman.
Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf adalah seorang wali (kekasih) Allah yang mempunyai kefasihan lidah, dalam dirinya juga terkumpul suatu keutamaan dan kepemimpinan. Beliau banyak mengkaji kitab Tuhfah dan mengamalkan isinya.
Pada malam hari, beliau banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dengan Allah melalui salat malam. Pada setiap malam inilah puncak kecintaannya kepada Allah akan terlihat, sehingga menjadi seseorang yang seakan mabuk. Dari kecintaanya ini, beliau disebut sebagai as-Sakran (orang yang mabuk).
Imam Ali bin Abu Bakar as-Saqqaf wafat pada hari Minggu, 12 Muharram tahun 895 H. dalam usia 77 tahun. Makamnya bersebelahan dengan makam pamannya, Syaikh Umar Muhdhar. Beliau dikaruniai tujuh orang anak laki-laki dan lima anak perempuan.
3 Manfaat Hizib Sakron
Menurut kalangan para pengamal ilmu hikmah, Hizib Sakron merupakan salah satu Hizib yang dibanggakan. Karena, energi dan dampak yang lahir dari Hizb Sakron ini memiliki kadar kekuatan yang tinggi dan luar biasa.
Di antara manfaat dan keutamaan dari pengamalan membaca Hizb Sakran yakni; Pertama, Sebagai benteng perlindungan (tameng) secara batin. Kedua, Dapat digunakan untuk menundukkan dan mengusir makhluk halus (ghaib) dan sesuatu yang zalim lainnya,
Ketiga, Dapat memberikan kekuatan dan kemampuan untuk menghadapi persoalan hidup. Keempat, Dapat melindungi dari segala jenis gendam, hipnotis, dan lain sebagainya. Kelima, Dapat mengikatkan kewibawaan dan kharisma diri,
Keenam, Dapat digunakan untuk media penyembuhan atau pengobatan dari sihir, santet, dan guna-guna.
4 Keutamaan Surah Al-Fatihan dan Ayat Kursi
Hizib Sakron di dalamnya memuat surah Al-Fatihan dan surat al- Baqarah ayat 255 atau biasa disebut dengan Ayat Kursi . Maka perlu kiranya sebutkan keutamaan dari kedua surat tersebut.
Keutamaan Surah Al-Fatihah
Keutamaan surah Al-Fatihah, sebagaimana diriwayatkan Abu Sa’id Rafi’ bin Al Mu’alla r.a. berkata, “Rasulullah Saw berkata padaku,
أَلاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِى الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ » . فَأَخَذَ بِيَدِى فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ . قَالَ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) هِىَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِى أُوتِيتُهُ »
“Maukah aku ajarkan engkau surat yang paling mulia dalam Al Qur’an sebelum engkau keluar masjid?”
Lalu beliau memegang tanganku, maka ketika kami hendak keluar, aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengatakan, “Aku akan mengajarkanmu surat yang paling agung dalam Al Qur’an?”
Beliau menjawab, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam) dan Al Qur’an Al ‘‘Azhim (Al Qur’an yang mulia) yang telah diberikan kepadaku.” (HR. Bukhari no. 5006)
Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah menggambarkan tentang faḍilah dari surah Al-Fatihah.
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ »
Dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu berada dalam safar (perjalanan jauh), lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu.
Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah (melakukan pengobatan dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an, -pen) karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.”
Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.”
Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah.
Akhirnya, pembesar tersebut sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan-, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau.
Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al Fatihah adalah ruqyah (artinya: bisa digunakan untuk meruqyah, -pen)?” Beliau pun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.” (HR. Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201).
Keutamaan Ayat Kursi
Berikut ini keutamaan ayat kursi disertai dalil berdasarkan hadis:
1. Dimasukan ke dalam surga
Sebagaimana hadis riwayat An-Nasai, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الجَنَّةِ اِلاَّ اَنْ يَمُوْتَ
Artinya: “Siapa membaca Ayat Kursi setiap selesai Shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk Syurga selain kematian.” (HR. An-Nasai).
2. Mendapatkan perlindungan
Barangsiapa mengamalkan ayat kursi sebagai bacaan zikir pagi dan petang maka akan mendapatkan perlindungan dari berbagai gangguan.
Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, Rasulullah Saw bersabda:
إِذَا قَرَأَتْهَا غُدْوَةً أُجِرَتْ مِنَّا حَتَّى تُمْسِيَ ، وَإِذَا قَرَأَتْهَا حِيْنَ تُمْسِي أُجِرَتْ مِنَّا حَتَّى تُصْبِحَ
Artinya: “Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga petang. Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi hingga pagi.” (HR. Al-Hakim).
3. Doa dan zikir sebelum tidur
Sebagaimana hadis Imam Bukhari, bahwa Abu Hurairah mengadu kepada Rasulullah Saw:
دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Artinya: Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari).
Demikianlah bacaan Hizib Sakron lengkap dengan fadilah dan keutamaan. Semoga bermanfaat, Wallahualam Bishowab. []