Marah adalah ledakan emosi yang memicu reaksi fisik dan psikologis, sering kali mengaburkan akal dan mempengaruhi tindakan secara negatif.
KASATMATA.TV – La taghdob walakal jannah merupakan hadits tentang larangan marah yang diriwayatkan Imam Thabrani.
Adapun arti La taghdob walakal jannah adalah jangan marah, bagimu surga. Biasanya hadits pendek ini sebagai mata pelajaran menghafal hadits nabi Muhammad Saw, hadits pendek sehingga siswa mudah menghafal pesan penting tentang marah.
Adapun teks arab, latin dan artinya tentang hadits larangan marah, berikut ini:
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
La taghdob walakal jannah
Artinya: “Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani).
1 Hadis Larangan Marah
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” (HR al-Bukhari).
2 Syarah Hadis
Seorang sahabat yang dikenal dengan nama Jariyah bin Qudamah rahimahullah meminta wasiat kepada Nabi Muhammad Saw.
Ia menginginkan nasihat yang ringkas namun penuh makna, yang bisa ia hafalkan dan amalkan dengan mudah. Nabi kemudian memberinya wasiat untuk tidak marah.
Meskipun Jariyah berulang kali mengajukan permintaan yang sama, Nabi tetap memberikan jawaban yang sama, yakni agar ia tidak marah.
Hal ini menunjukkan bahwa kemarahan adalah sumber dari berbagai kejahatan, dan menahan diri dari kemarahan merupakan dasar dari segala kebaikan.
Kemarahan adalah seperti api yang dilemparkan oleh setan ke dalam hati manusia, membuat mereka mudah terbakar emosi.
Saat marah, dada terasa panas, urat-urat menegang, wajah memerah, dan sering kali ucapan serta tindakan menjadi tidak rasional.
3 Makna dan Penjelasan Hadis Larangan Marah
Perlu diketahui bahwasanya marah adalah emosi alami yang dapat dirasakan oleh setiap orang. Dalam perspektif psikologis, marah merupakan respons emosional terhadap stimulus atau situasi yang dianggap mengancam atau mengganggu.
Oleh karena itu mengolah psikologis atau kesehatan mental seseorang, sebab sangat penting mengelola emosi marah dengan cara yang sehat. Adapun cara mengontrol agar tidak marah yakni seperti komunikasi terbuka dan teknik relaksasi, untuk menghindari dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental.
Islam mengajarkan bahwa marah adalah bagian dari fitrah manusia, tetapi mengajarkan agar tidak terjerumus dalam ekstremitas atau tindakan kasar.
Rasulullah Muhammad Saw sendiri memberikan nasihat tentang mengendalikan amarah, bahkan dalam kondisi yang sulit sebagaimana hadits di atas.
Adapun nasihat Rasulullah Saw agar terhindar dari sifat marah untuk senantiasa berzikir dan membaca istighfar (memohon ampun) ketika marah. Melalui istighfar dapat menenangkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Lebih dari itu, Islam juga mendorong untuk mencari solusi yang damai dan memaafkan, daripada membiarkan marah menguasai dan memicu tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain.
Oleh karena itu memahami bahwa marah adalah emosi yang normal, namun cara merespon dan mengelola emosi itu sangat penting.
Mengambil langkah-langkah untuk mengelola marah dengan bijak dan dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama dapat membantu mencapai keseimbangan emosional dan spiritual yang lebih baik.
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyampaikan pesan bahwa marah itu seperti percikan nyala api dari neraka. Sebagaimana keterangan beliau di bawah ini:
إن الغضب شعلة نار اقتبست من نار الله الموقدة التي تطلع على الأفئدة، وإنها لمستكنة في طي الفؤاد. استكنان الجمر تحت الرماد،
“Marah adalah nyala api yang dipetik dari api neraka yang naik ke ulu hati di dalam dada. Api itu terpendam dalam lipatan hati, sebagaimana bara api yang menyelinap di bawah abu.”
Oleh karena itu seorang hamba diperintahkan untuk mengendalikan sikap amarah. Jika ia tidak dapat mengendalikannya, maka niscaya percikan api tersebut akan membakar dirinya sendiri dan bahkan menjadi malapetaka yang lebih luas.
Syekh Ibnu Athaillah berpesan melalui kitab Al-Hikamnya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt. Hal ini agar hati tidak terhijab, sehingga nafsu marah maupun sifat nafsu yang lainnya menjadi penghalang seorang hamba dengan Tuhannya.
ربما وقفت القلوب مع الأنوار كما حجبت النفوس بكثائف الأغيار.
“Terkadang hati terhenti karena nur-nur sebagaimana terhijabnya nafsu-nafsu dengan tebalnya aghyar : hal-hal yang selain Allah.” []