Wasiat Ibnu Arabi mengajak para penempuh jalan hakikat untuk mengikuti jejak para nabi dengan sepenuh hati, sebagai kunci mencapai kebenaran sejati.
KASATMATA.TV – Kitab Al-Washaya li Ibn al-Arabi merupakan bagian dari Kitab Al-Futuḥat Al-Makkiyyah yang berjilid-jilid besar itu dimulai dengan memperkenalkan huruf, yang akhirnya menguraikan susunan huruf-huruf nama Tuhan yang terkandung dalam Asmaul Husna, ditutup dengan jilid keempat, sesuai dengan caranya orang sufi dengan memberikan nasihat-nasihat tau wasiat-wasiat tentang kehidupan yang murni sesuai dengan ajaran Islam, yang merupakan intisari dari ajaran Islam.
Dikutip dari buku berjudul Wasiat Ibn Arabi yang ditulis Prof. Dr. KH. Aboebakar Atjeh Kitab Al-Washaya li Ibn al-Arabi termuat lengkap dalam bagian pertama dari jilid yang keempat, dalam 500 bab, penuh dengan dengan sastra yang unggul, berisi hikmah dan Mutiara yang tinggi nilainya untuk diketahui, dipejari dan diamalkan oleh setiap umat Islam.
Sebagaimana biasa diuraikan diselang-selang dengan syair-syair yang indah, sukar untuk diterjemahkan, demikian juga diterjemahkan ke dalam Bahasa lain. Sebab isinya dan jauh tujuannya dibalik kalimat dan sajaaaaak biasa.
Wasiat pertama Ibnu Arabi dalam Kitab Al-Washaya li Ibn al-Arabi dibuka dengan syair.
Allah maupun Rasulnya tak putus memberikan berbagai wasiat
karena itu meneladani adalah salah satu amal terbaik.
Tanpa wasiat, makhluk akan berada dalam kegelapan
dan dengan wasiat, kerajaan-kerajaan tetap berdiri dalam keabadian.
Maka, jalankanlah wasiat tersebut dan jangan abaikan jalannya,
sesungguhnya wasiat itu adalah ketetapan Allah sejak zaman azali.
Aku mengingatkan sekelompok orang tentang apa yang Allah wasiatkan,
dan bukanlah tugasku untuk membuat hal baru dalam wasiat tersebut.
Tidak ada yang mereka katakan atau tetapkan kecuali yang sudah ada,
dalam menelusuri jalan mereka yang paling lurus.
Petunjuk dari Rasul adalah mata seluruh agama,
dan agama Nabi paling bercahaya di antara semua agama.
Pandangan mata itu tidak tertutup, bahkan diberi kekuatannya,
hingga ia bisa menegakkan yang condong di dalamnya.
Ambillah rahasiamu darinya dari pusat-pusatnya,
naiklah ke bulan yang tinggi hingga ke Saturnus.
Menuju bintang-bintang tetap yang tidak turun di wilayahnya,
dan bangkitlah menuju tingkat tinggi dari himmah.
Dari sana menuju kaki singgasana, kemudian ke
Arsy yang melingkupi bentuk-bentuk dan contoh-contoh.
Menuju alam tabiat, jiwa yang suci, dan akal
yang terikat oleh gejala-gejala dan sebab-sebab.
Menuju ruang hampa yang tidak ada sesuatu pun di atasnya,
dari sana ke tempat yang digambarkan dengan kekekalan.
Lihatlah ke gunung yang teguh di atas gunung,
dan ia telah melihatnya tetapi tidak bergerak dan tidak lenyap.
Jika bukan karena ketinggian yang ada di bawah,
maka wajah-wajah kita tidak akan rendah mencari yang terlihat dengan mata.
Oleh karena itu, Allah menetapkan sujud bagi kita,
sehingga kita menyaksikan kebenaran dalam ketinggian dan kerendahan.
Ini adalah wasiat kami, jika Anda adalah orang yang berpandangan,
maka ia adalah cara terbaik dari segala cara.
Dengan itu, Anda dapat melihat segala sesuatu yang diketahui dalam bentuknya,
dalam kenyataannya, bukan penggantiannya.
Hingga Anda melihat pandangan tertinggi dan tidak ada baginya selain
Anda sebagai tempat penyinarannya, maka jangan pergi dan jangan berpindah.
Jika dia memanggil Anda ke sesuatu yang membuat Anda bahagia,
jangan menjawabnya dan tetaplah waspada darinya.
Kami adalah perempuan untuk apa yang dilahirkan dalam diri kami,
maka pujilah Allah bahwa tidak ada lelaki di alam ini.
Sesungguhnya lelaki yang dikenal dengan baik adalah
perempuan, mereka adalah diriku dan harapanku.
Ibnu Arabi menerangkan dengan syairnya yang indah perbedaan derajat manusia, kedudukan manusia yang tinggi dan terendah.
Melalui syair tersebut Ibnu Arabi menerangkan sebab-sebab yang membuat seseorang memiliki derajat tinggi atau rendah yaitu tergantung hikmah dan hasratnya.
Diperbuat gunung dan jurang dengan pemandangan yang indah, agar manusia sujud kepada Allah Swt baik ditempat yang tinggi, maupun di tempat yang terendah.
Segala sesuatu bergantung kepada hakikat tujuan diri yang dikejar diburu-buru, atau cita-citakah yang hendak dicapai sebagai tujuan.
Dalam perjalanan kehidupan yang penuh dengan rintangan ini Allah Swt memberikan wasiatnya kepada Nabi-Nabi dan Nabi-Nabi itu menyampaikan wasiat-wasiat itu kepada manusia semuanya.
Wasiat pertama dari Ibnu Arabi ini ditujukan kepada mereka yang berusaha menjadi penempuh jalan hakikat, yaitu jalan menuju kebenaran sejati dan pengenalan diri yang mendalam.
Dalam wasiat penempuh jalan hakikat, Ibnu Arabi menekankan pentingnya mengikuti jejak para nabi dan rasul sebagai pedoman hidup.
Ia menjelaskan bahwa wasiat-wasiat ilahi adalah cahaya yang menerangi perjalanan spiritual manusia. Dengan menjalankan wasiat-wasiat ini, seseorang dapat mencapai kemuliaan dan kekuatan dalam hidup, serta menghindari kebingungan dan kesesatan.
Wasiat ini mengajak para penempuh jalan hakikat untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti ketetapan ilahi. Selanjutnya Ibnu Arabi melanjutkan dengan wasiat-wasitanya yang mendalam. []