Ibnu Arabi dalam wasiatnya menekankan pentingnya mendirikan shalat witir sebelum tidur dan memperhatikan kebiasaan bilangan ganjil dalam berbagai aspek kehidupan, sebagai bentuk cinta dan ketaatan kepada Allah.
KASATMATA.TV – Ibnu Arabi dalam kitab Al-Washaya li Ibn al-Arabi memberikan nasihat atau wasiat tentang pentingnya mendirikan shalat witir sebelum tidur.
Wasiat tersebut yakni sesungguhnya Allah Swt itu esa (witir) dan mencintai yang witir (ganjil).
Adapun wasiat pentingnya mendirikan shalat witir sebelum tidur yakni:
أنك لا تنام إلا على وِتْر، لأن الإنسان إذا نام قبض الله روحه إليه، في الصورة التي يرى نفسه فيها إن رأى رؤيا، فإن شاء ردّها إليه إن كان لم ينقضِ عمره، وإن شاء أمسكها إن كان قد جاء أجله. فالاحتياط أن الإنسان الحازم لا ينام إلا على وِتْر، فإذا نام على وتر، نام على حالةٍ وعملٍ يحبه الله.
“Jangan tidur sebelum kamu mendirikan shalat witir, karena manusia dikala ia tidur, Allah Swt mengambil ruhnya. Jika Allah menghendaki, Dia akan mengembalikannya dan memperpanjang umurnya. Dan jika tidak, maka Dia akan menahannya dan saat itu ajalnya telah datang. Maka, lebih baik mengambil sikap hati-hati, jangan sampai seseorang tidur kecuali setelah mendirikan shalat witir, agar tidur dalam keadaan dicintai Allah.”
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ
“Sesungguhnya Allah itu Esa (witir) dan menyukai yang ganjil (witir).”
Ibnu Arabi melanjutkan wasiat pentingnya mendirikan shalat witir sebelum tidur:
فما أحبّ إلا نفسّه، وأيّ عنايةٍ وقربٍ أعظمُ من أن أنزلك منزلةَ نفسِه في حبه إياك إذا كنت من أهل الوتر، في جميع أفعالك التي تطلب العدد والكمية. وقد أمرك الله تعالى على لسان رسوله صَلَّى اللهُ عَليهِ وسَلَّم فقال “أوتروا يا أهل القرآن” و”أهل القرآن هم أهل الله وخاصّته”.
“Maka, cintailah mendirikan shalat witir karena dengan itu akan memberikanmu kedudukan tinggi dalam cinta kepada-Nya. Dan betapa besar perhatian dan kedekatan yang akan kamu peroleh ketika menunaikan witir tersebut.”
Rasulullah Saw bersabda:
يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ أَوْتِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ
“Wahai ahli Qur`an, hendaklah kalian shalat witir, sesungguhnya Allah mencintai shalat witir.” (HR. Ibnu Majah).
Mencintai Bilangan Ganjil
Wasiat Ibnu Arabi tentang pentingnya mendirikan shalat witir sebelum tidur, dilanjutkan dengan pesan untuk mencintai bilangan ganjil.
وكذلك إذا اكتحلت فاكتحِل وتراً، في كل عين واحدة أو ثلاثة، فإن كل عيْن عضو مستقل بنفسه. وكذلك إذا طعمتَ، فلا تنزع يدك إلا عن وتر، وكذلك شربك الماء في حسواتك إياه، اجعله وتراً، وإذا أخذك الفواق، اشرب من الماء سبع حسوات، فإنه ينقطع عنك، هذا جرّبته بنفسي. وإذا تنفّست في شربك فتنفس ثلاث مرات، وأزل القدح عن فِيكَ عند التنفس
“Dan demikian pula ketika engkau memakai celak, pakailah dengan bilangan ganjil, pada setiap mata satu atau tiga kali, karena setiap mata adalah anggota yang berdiri sendiri. Demikian pula ketika engkau makan, janganlah menarik tanganmu kecuali dengan bilangan ganjil. Begitu juga ketika engkau minum air, minumlah dengan tegukan-tegukan yang ganjil. Jika engkau terserang cegukan, minumlah air dengan tujuh tegukan, karena hal itu akan menghentikannya. Ini sudah saya coba sendiri. Ketika engkau bernapas saat minum, bernapaslah tiga kali dan jauhkan cangkir dari mulutmu saat bernapas.”
Rasulullah Saw bersabda:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ سَعِيدٍ ح و حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ أَبِي عِصَامٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَنَفَّسُ فِي الشَّرَابِ ثَلَاثًا وَيَقُولُ إِنَّهُ أَرْوَى وَأَبْرَأُ وَأَمْرَأُ قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أَتَنَفَّسُ فِي الشَّرَابِ ثَلَاثًا و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتَوَائِيِّ عَنْ أَبِي عِصَامٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ وَقَالَ فِي الْإِنَاءِ
Telah menceritakan kepada kami (Yahya bin Yahya); Telah mengabarkan kepada kami (‘Abdul Warits bin Sa’id); Demikian juga telah diriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah menceritakan kepada kami (Syaiban bin Farrukh); Telah menceritakan kepada kami (‘Abdul Warits) dari (Abu ‘Isham) dari (Anas) ia berkata; Rasulullah Saw pernah bernafas tiga kali ketika minum. Beliau berkata: ‘Itu lebih melegakan, lebih bersih, dan lebih bermanfaat.” Kata Anas; ‘Karena itu aku bernafas tiga kali setiap minum.’ Dan telah menceritakannya kepada kami (Qutaibah bin Sa’id) dan (Abu Bakr bin Abu Syaibah) mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami (Waki’) dari (Hisyam Ad Dawastai) dari (Abu ‘Isham) dari (Anas) dari Nabi Saw dengan Hadits yang serupa, dengan kalimat ‘fil Inaa’ (di dalam bejana). (HR. Muslim).
Allah Swt berfirman dalam surah Ali Imran ayat 31:
إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).
Ibnu Arabi melanjutkan:
وأمّا محبّته الأولى التي ليست جزاء، فهي المحبة التي وفّقك بها للاتباع، فحبّك قد جعله الله بين حبّيْن إلهيّيْن: حُبّ مِنّة، وحُبُّ جَزاء، فصارت المحبة بينك وبين الله وتراً: حبّ المنة؛ وهو الذي أعطاك التوفيق للاتباع، وحبّك إياه، وحبّه إياك جزاءً من كونك اتبعتَ ما شرعه لك
“Adapun cinta-Nya yang pertama, yang bukan sebagai balasan, adalah cinta yang memberikanmu petunjuk untuk mengikuti (ajaran-Nya). Jadi, cintamu itu Allah letakkan di antara dua cinta ilahi: cinta sebagai anugerah, dan cinta sebagai balasan. Dengan demikian, cinta itu menjadi ganjil antara dirimu dan Allah: cinta anugerah, yang memberikanmu petunjuk untuk mengikuti (ajaran-Nya); cintamu kepada-Nya, dan cinta-Nya kepadamu sebagai balasan karena engkau telah mengikuti apa yang Dia syariatkan untukmu.”
Sebagaimana Allah Swt berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)
وبهذه الآية ثبتت عصمة رسول الله صَلَّى اللهُ عَليهِ وسَلَّم، فإنه لو لم يكن معصوماً ما صحّ التأسّي به، فنحن نتأسّى برسول الله صَلَّى اللهُ عَليهِ وسَلَّم في جميع حركاته وسكناته وأفعاله وأحواله وأقواله، ما لم ينه عن شيء من ذلك على التعيين في كتاب أو سنّة، مثل نكاح الهِبَة “خالِصَةً لَكَ من دُونِ الْمُؤْمِنِينَ”، ومثل وجوب قيام الليل عليه، والتهجّد، فهو صَلَّى اللهُ عَليهِ وسَلَّم يقومه فرضاً، ونحن نقومه تأسّياً ندباً، فاشتركنا في القيام.
“Melalui ayat ini, terjadilah peneguhan akan kemaksuman Rasulullah Saw, karena jika beliau tidak ma’shum, maka tidak sah meneladaninya. Maka, kita meneladani Rasulullah Saw dalam semua gerakan, diam, perbuatan, keadaan, dan ucapannya, kecuali ada larangan tertentu dalam kitab atau sunnah, seperti pernikahan hibah yang ‘khusus untukmu, bukan untuk orang-orang mukmin,’ dan seperti kewajiban berdiri malam baginya, serta tahajud, yang baginya adalah kewajiban, sedangkan bagi kita adalah sunnah, sehingga kita ikut serta dalam mendirikan shalat malam.”
Ibnu Arabi melanjutkan wasiatnya:
يقول أبو هريرة “أوصاني خليلي صَلَّى اللهُ عَليهِ وسَلَّم بثلاث..” فأوتَر في وصيته “وأن لا أنام إلا على وتر
“Abu Hurairah berkata, ‘Kekasihku Rasulullah Saw mewasiatkan tiga hal kepadaku…’ maka ia melakukannya dengan bilangan ganjil dalam wasiatnya, ‘dan agar aku tidak tidur kecuali dengan witir (salat penutup malam).”
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang meng-ihsha’nya, maka ia masuk surga.” (HR. Bukhari).
Demikianlah wasiat Ibnu Arabi tentang pentingnya mendirikan shalat witir sebelum tidur. Selain itu juga nasihat tentang mencintai perbuatan dengan bilangan ganjil. Semoga bermanfaat. []