Abu Nawas dengan tenang menjawab bahwa yang gila bukan dirinya, melainkan orang-orang yang terlalu cepat menghakimi orang lain sebagai munafik dan sesat
DALAM kisah yang diceritakan oleh Sukma Hadi Wiyanto dalam bukunya berjudul Kisah Lucu Kecerdasan Abu Nawas, disebutkan bahwa ketika dewasa, Abu Nawas membantu pamannya sebagai pembuat minyak wangi.
Setelah bekerja, ia sering pergi ke masjid untuk belajar berbagai ilmu agama, termasuk syair, fikih, dan hadits. Abu Nawas dikenal sebagai murid yang cerdas dan bersemangat dalam mempelajari berbagai ilmu.
Suatu hari, Abu Nawas bertemu dengan Abu Usamah, seorang pujangga dan ahli sastra terkenal.
Kagum dengan kemampuan Abu Nawas dalam membuat syair, Abu Usamah kemudian mengajarinya lebih banyak tentang seni syair.
Selain dikenal karena kecerdasannya, Abu Nawas juga sering membuat orang tertawa dengan tingkahnya yang jenaka.
Suatu ketika, ia membuat heboh warga Baghdad dengan berjalan di siang hari sambil membawa lampu minyak, seolah-olah sedang mencari sesuatu.
Banyak yang mengira dia gila, apalagi ketika ia menjawab bahwa dirinya sedang mencari neraka.
Akhirnya, warga yang tidak sabar menangkapnya, dan kejadian ini membuat musuh-musuh politik Harun Al-Rasyid senang karena mereka berharap bisa memanfaatkan situasi ini untuk merendahkan khalifah.
Namun, ketika Harun Al-Rasyid menanyai Abu Nawas dengan nada marah, Abu Nawas dengan tenang menjawab bahwa yang gila bukan dirinya, melainkan orang-orang yang terlalu cepat menghakimi orang lain sebagai munafik dan sesat, seolah-olah mereka tahu pasti siapa yang masuk neraka.
Jawaban Abu Nawas membuat Harun Al-Rasyid tertawa terbahak-bahak, dan dengan bercanda ia menyuruh Abu Nawas untuk melanjutkan pencariannya akan neraka keesokan harinya, sambil menyindir orang-orang yang suka menghakimi. []